PEBRIANTI ADAM

Rabu, 16 Januari 2013

Penyakit pada ikan


NAMA      :  PEBRIANTI ADAM
PRODI     : BUDIDAYA PERAIRAN


PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA IKAN  
http://www.pusluh.kkp.go.id/public/upload/pengobatan_ikan.jpg    Penyakit pada budidaya ikan merupakan hal yang menakutkan bagi petani, betapa tidak, hasil kerja keras mulai dari persiapan lahan, penebaran benih, sampai dengan pemeliharaan yang penuh dengan kehati-hatian akan sirna atau berganti dengan kerugian apabila apabila ikan terkena penyakit.
kenapa ikan sakit? dalam kondisi normal yaitu lingkungan optimal dan daya tahan tubuh yang baik, ikan sebenarnya jarang terkena penyakit. Namun, apabila kondisi lingkungan tidak cocok, ikan stres dan daya tahan tubuh menurun. Bila sudah begitu, maka penyakit akan dengan sangat mudah muncul.
     Beberapa hal yang dapat menyebabkan kondisi tubuh ikan melemah, diantaranya kualitas air yang yang buruk, nutrisi yang tidak terpenuhi, serta kepadatan yang terlalu tinggi. Akibatnya terjadi komposisi tidak sehat antara oksigen , makanan, buangan metabolit beracun serta mikro organism yang lain. Sumber penyakit terdiri dari virus, bakteri, parasit, dan sumber lain yaitu kekurangan nutrisi dan rusaknya kualitas air.
     Bagaimana mendeteksi ikan yang terkena penyakit? Ikan sakit ditandai dengan tingkah laku yang tidak seperti biasanya dan ditemukan kelainan pada organ tubuh.
Tanda-tanda tingkah laku ikan sakit diantaranya:
* Berenang tidak terkendali, bahkan menabrak pematang.
* Membuka dan menutup insang lebih lebar dan http://www.pusluh.kkp.go.id/public/upload/pengobatan_ikan2.jpgcepat (mengap-mengap).
* Menggosok-gosokkan badan pada benda-benda yang ada di kolam.
* Nafsu makan menurun, bahkan terkadang ikan tidak mau makan.
* Berkumpul di inlet (tempat air masuk).
* Berenang dipermukaan
* Gerakan lemas dan kurang agresif



Tanda-tanda pada bagian tubuh diantaranya:
* Warna insang pucat agak pudar bahkan mengalami kerusakan.
* Produksi lendir lebih banyak dari biasanya.
* Proporsi tubuh tidak seimbang (cenderung kurus).
* Adanya luka dan pendarahan.
* Warna kulit lebih pucat atau gelap (tidak cerah).
* Kelainan pada tulang belakang.
      Apabila tanda-tanda tersebut ditemui maka segera lakukan perbaikan kualitas air dengan cara mengganti sebagian atau seluruh air media budidaya, penambahan vitamin pada pakan, dan melakukakan pengobatan dengan segera.
Pencegahan Penyakit
Mencegah lebih baik daripada mengobati, selain lebih ekonomis karena terhindar dari kerugian yang besar akibat kemauan massal ikan. paling tidak ada tiga hal yang dapat http://www.pusluh.kkp.go.id/public/upload/pengobatan_ikan5.jpgdilakukan untuk mencegah penyakit.
1. Melakukan persiapan lahan yang benar, yaitu pengeringan dan pemupukan. Pengeringan bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit. Dilakukan kira-kira selama tiga minggu sampai dasar kolam retak-retak. Pengapuran digunakan untuk menstabilkan pH tanah dan air serta dapat membunuh bakteri dan parasit. Pemupukan digunakan untuk menyuburkan kolam dan menumbuhkan fitoplankton sebagai pakan alami.
2. Menjaga kualitas air pada saat pemeliharaan. untuk itu dapat dilakukan treatment probiotik secara ter
atur 0,3 ppm setiap hari. Probiotik akan mendegradasikan bahan organik, menguraikan gas beracun dan menekan pertumbuhan bakteri merugikan penyebab timbulnya bakteri.
3. Meningkatkan ketahanan tubuh ikan melalui kekekbalan non spesifik dengan aplikasi imunostimulant secara teratur seperti vitamin,  glukan, dan pemberian probiotik.
http://www.pusluh.kkp.go.id/public/upload/pengobatan_ikan3.jpg 

Pengobatan penyakit
      Apabila ikan terlanjur terserang penyakit segera dilakukan pengobatan sesuai penyebab penyakit. Antibiotik diberikan untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri, anti parasit diberikan untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh parasit. untuk penyakit-penyakit virus, treatment yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan system ketahanan tubuh ikan melalui pemberian vitamin terutama vitamin C.
http://www.pusluh.kkp.go.id/public/upload/pengobatan_ikan6.jpg 
penyakit ikan akibat parasit, bakteri gunakan PK
http://ikannila.com/prodimages/nila%20yang%20sehat%20dan%20nila%20yang%20sakit.jpg
Tanda-tanda nila sehat dan nila yang terserang penyakit.
Kalium permanganat (PK) merupakan oksidator kuat yang sering digunakan untuk mengobati penyakit ikan akibat ektoparasit dan infestasi bakteri terutama pada ikan-ikan dalam kolam. Meskipun demikian untuk pengobatan ikan-ikan akuarium tidak sepenuhnya dianjurkan karena diketahui banyak spesies ikan hias yang sensitif terhadap bahan kimia ini.
Bahan ini diketahui efektif mencegah flukes, tricodina, ulcer, dan infeksi jamur. Meskipun demikian, penggunaanya perlu dilakukan dengan hati-hati karena tingkat keracunannya hanya sedikit lebih tinggi saja dari tingkat terapinya. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan dosis yang tepat. Tingkat keracunan PK secara umum akan meningkat pada lingkungan akuarium yang alkalin. Potasium permanganat tersedia sebagai serbuk maupun larutan berwarna violet.
Kalium permanganat (KMnO4) merupakan alkali kaustik yang akan tersdisosiasi dalam air membentuk ion permanganat (MnO4-) dan juga mangan oksida (MnO2) bersamaan dengan terbentuknya molekul oksigen elemental. Oleh karena itu, efek utama bahan ini adalah sebagai oksidator.
Dilaporkan bahwa permanganat merupakan bahan aktif beracun yang mampu membunuh berbagai parasit dengan merusak dinding-dinding sel mereka melalui proses oksidasi. Beberapa literatur menunjukkan bahwa mangan oksida membentuk kompleks protein pada permukaan epithelium, sehingga menyebabkan warna coklat pada ikan dan sirip, juga membentuk kompleks protein pada struktur pernapasan parasit ikan yang akhirnya menyebabkan mereka mati.
Berbagai review dalam berbagai literatur menunjukkan bahwa kalium permangat dapat membunuh Saprolegnia, Costia, Chilodinella, Ich, Trichodina, Gyrodactylus dan Dactylogyrus, Argulus, Piscicola, Lernea, Columnaris dan bakteri lainnya seperti Edwardsiella, Aeromonas, Pseudomonas, plus Algae dan Ambiphrya.
Mekipun demikian Argulus, Lernea and Piscicola diketahui hanya akan respon apabila PK digunakan dalam perendaman (dengan dosis: 10-25 ppm selama 90 menit). Begitu pula dengan Costia dan Chilodinella, dilaporkan resiten terhadap PK, kecuali apabila PK digunakan sebagai terapi perendaman.
Kalium permangat sebagai terapi perendaman bersifat sangat kaustik, hal ini dapat menyebabkan penggumpalan nekrosis (ditandai dengan memutihnya jaringan yang mati) pada sirip. Kerusakan insang juga dapat terjadi, sehingga dapat menyebabkan kematian pada ikan beberapa minggu kemudian setelah dilakukan terapi perendaman. Ikan mas koki, diketahui lebih sensitif terhadap PK sebagai terapi perendaman dibandingkan dengan spesies lainnya. Dengan alasan-alasan seperti itu, maka sering tidak direkomendasikan untuk menggunakan PK sebagai terapi perendaman, dan juga karena efek terapeutiknya tidak lebih baik dibandingakan dengan terapi terus-menerus dengan dosis 2 - 4 ppm.
Kalium permanganat sangat efektif dalam menghilangkan Flukes. Gyrodactylus dan Dactylus dapat hilang setelah 8 jam perlakuan dengan dosis 3 ppm pada suatu sistem tertutup. Penularan kembali masih dapat terjadi, oleh karena itu, direkomendasikan untuk mengulang kembali perlakuan 2-3 hari kemudian dengan dosis 2 ppm.
Beberapa khasiat lain dari Kalium permangat yang dilaporkan diantaranya adalah: sebagai disinfektan luka, dapat mengurangi aeromanoas (hingga 99%) dan bakteri gram negatif lainnya, dapat membunuh Saprolegnia yang umum dijumpai sebagai infeksi sekunder pada Ulcer, dan tentu saja sebagai oksidator yang akan mengkosidasi bahan organik.
Beberapa aplikasi lain yang biasa dilakukan oleh para hobiis dan akuakulturis adalah menggunakannya dalam proses transportasi ikan. Konsentrasi kurang dari 2 ppm diketahui dapat mengurangi resiko infeksi Columnaris dan infeksi bakteri lainnya, serta membatasi dan menghentikan parasit yang sering menyertai ikan dalam proses transportasi. Begitu juga transportasi burayak dilaporkan aman dengan perlakuan kalium permanganat dibawah 2 ppm. Meskipun demikian untuk burayak dalam kolam tidak dianjurkan untuk menggunakan perlakuan kalium permanganat. Hal ini tidak ada hubungannya dengan keracunan yang mungkin terjadi pada burayak, tetapi efeknya justru terhadap kemungkinan berkurangnya fitoplankton dan makrofit yang dapat menyebabkan burayak menderita kelaparan.
Untuk jenis Catfish, perlakuann kalium permanganat sering dianjurkan untuk dilakukan pada konsentrasi diatas 2 ppm. Meskipun demikian dosis yang aman adalah 2 ppm.
Fungsi lain dari kalium permanganat dalam akuakultur adalah sebagai antitoxin terhadap aplikasi bahan-bahan beracun. Sebagai contoh, Rotenone dan Antimycin sering digunakan sebagai bahan piscisida, yaitu bahan untuk membunuh ikan hama atau ikan lain yang tidak dikehendaki. Alih-alih menunggu bahan ini netral secara alamiah dalam waktu tertentu, kalium permanganat digunakan untuk segera menetralkan kedua bahan tersebut. Konsentrasi 2-3 ppm selama 10-20 jam diketahui cukup untuk menetralisir residu Rotenone atau Antimycin. Pendapat lain menyatakan bahwa dosis PK sebaiknya diberikan setara dengan dosis piscisida yang diberikan, sebagai contoh apabila Rotenone diberikan sebanyak 2 ppm, makan untuk menetralisirnya PK pun diberikan sebanyak 2 ppm.
http://ikannila.com/prodimages/cara%20mencampur%20PK%20ke%20air%20dalam%20ember.jpg
Larutan PK untuk menghilangkan korengan dan jamur parasit pada sirip ikan nila.
Prosedur Perlakuan PK (untuk jamur, parasit, dan bakteri)
Pertama by pass filter biologi. PK dapat membunuh bakteri dalam filter biologi. Kedua pastikan bahwa aliran air dan aerasi bekerja optimal, karena pada saat molekul-molekul oragnik teroksidasi, dan algae mati maka air akan cenderung keruh dan oksigen terlarut menurun. Ketiga berikan dosis sebanyak 2-4 ppm.
Dosis 2 ppm diberikan pada ikan-ikan muda atau ikan-ikan yang tidak bersisik. Sedangkan dosis 4 ppm diberlakukan pada ikan-ikan bersisik. Selang dosis tersebut tidak akan merusak tanaman, sehingga biasa digunakan untuk mensterilkan tanaman dari hama dan penyakit, terutama dari gangguan siput dan telurnya.
Sebagai gambaran umum satu sendok teh peres (jangan dipadatkan) kurang lebih setara dengan 6 gram. Hal ini dapat dijadikan patokan untuk mendapatkan dosis yang diinginkan apabila timbangan tidak tersedia.
Perlakuan biasanya dilakukan 4 kali berturut dalam waktu 4 hari, dengan pemberian PK dilakukan setiap pagi hari. Apabila pada perlakuan ketiga atau keempat air bertahan berwarna ungu selama lebih dari 8 jam (warna tidak berubah menjadi coklat), maka hal ini dapat dijadikan pertanda untuk menghentikan perlakuan. Karena hal ini menunjukkan bahwa PK sudah tidak bereaksi lagi, atau dengan kata lain sudah tidak ada lagi bahan yang dioksidasi. Setelah perlakuan dihentikan lakukan penggantian air sebanyak 40 % untuk segera membantu pemulihan warna air.

http://ikannila.com/prodimages/pengobatan%20dengan%20nila%20yang%20terserang%20penyakit%20dengan%20larutan%20permangan%20kalcium%20%28PK%29.jpg
Rendam ikan 3-5 menit dalam ember air yang dicampur PK
Sifat Fisika dan KimiaTampilan:

kristal berwarna ungu
Bau:tidak berbau
Kelarutan: 7g dalam 100 g air
Berat jenis: 7
pH: tidak ada informasi
Volatilasi (21°C): 0
Titik didih: N/A
Titik Cair: 240°C
Tekanan Uap: Tidak ada informasi
Laju Penguapan: Tidak ada informasi
Peringatan:
Jangan sampai kontak dengan pakaian dan bahan lain yang mudah terbakar. Simapan dalam tempat tertutup rapat. Jangan simpan didekat benda mudah terbakar.
Cuci segera pakaian yang terkena. Jangan terkena mata atau kulit. Jangan hirup debu PK. Cuci tangan setelah menggunakan.

Pertolongan Pertama:
Apabila terkena mata atau kulit. Segera siram mata dan kulit dengan air yang banyak selama 15 menit. Apabila terhirup segera pindahkan korban ke udara bersih; apabila tidak dapat bernapas beri pernapasan buatan; apabila kesulitan bernapas beri oksigen. Apabila tertelan: Jangan rangsang agar muntah, minum air yang banyak. Segera kontak dokter.
Sumber : O-FISH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar