PURSE SEINE
A. PENDAHULUAN
I. Definisi Purse Seine
Purse seine merupakan salah satu
alat penangkap ikan yang sangat efektif dan paling Modern te3rutama untuk para
Nelayan, mulai nelayan tradisional sampai dengan nelayan modern.
Alat tangkap Purse seine di
Kabupaten Mukomuko memang belum pernah dilakukan uji coba dan memang tidak
digunaka oleh nelayan , hal ini disebabkan karena kapal nelayan Mukomuko
masih tergolong belum memenuhi persyaratan, baik dari segi besarnya muatan ,
maupun kecepatan. namun demikian kita perlu mengetahui apa yang dinamakan
alat purse seine, dan setidaknya kita perlu mengenal alat tersebut.
Purse Seine disebut juga “pukat
cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali
cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut
/ tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan
adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk
pada tiap akhir penangkapan.
Prinsip menangkap ikan dengan purse
seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu
jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian
kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan.
Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Fungsi mata
jaring dan jaring adalah sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat
ikan.
Di Jepang purse seine dapat dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1) One Boat Horse Sardine Purse
Seine
2) Two Boat Sardine Purse Seine
3) One Boat Horse Mackerel and
Mackerel Purse Seine
4) Two Boat Horse Mackerel and
Mackerel Purse Seine
5) One Boat Skipjack and Tuna Purse
Seine
6) Two Boat skipjack and Tuna Purse
Seine
Dari keenam macam purse seine di
atas no (2), (3), (5) merupakan purse seine yang banyak digunakan.
DESAIN
PURSE SEINE MINI
II. Sejarah Purse
Seine
Purse seine, pertama kali
diperkenalkan di pantai uatara Jawa oleh BPPL (LPPL) pada tahun 1970 dalam
rangka kerjasama dengan pengusaha perikanan di Batang (Bpk. Djajuri) dan
berhasil dengan baik. Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973 / 1974) dan
berkembang pesat sampai sekarang. Pada awal pengembangannya di Muncar sempat
menimbulakan konflik sosial antara nelayan tradisional nelayan pengusaha yang
menggunakan purse seine. Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine ini
memang potensial dan produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam
perkembangannya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi)
tetapi juga bahan dan perahu / kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya.
III. Prospektif Purse
Seine
Pentingnya pukat cincin dalam rangka
usaha penangkapan sudah tidak perlu diragukan untuk pukat cincin besar daerah
penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat yang jauh yang kadang melakukan
penangkapan mulai laut Jawa sampai selat Malaka dalam 1 trip penangkapan lamanya
30-40 hari diperlukan berkisar antara 23-40 orang. Untuk operasi penangkapannya
biasanya menggunakan “rumpon”. Sasaran penangkapan terutama jenis-jenis ikan
pelagik kecil (kembung, layang, selat, bentong, dan lain-lain).
Hasil tangkapan
terutama lemuru, kembung, slengseng, cumi-cumi.
1. Karakteristik
Dengan menggunakan one boat sistem
cara operasi menjadi lebih mudah. Pada operasi malam hari lebih mungkin
menggunakan lampu untuk mengumpulkan ikan pada one boat sistem. Dengan one boat
sistem memungkinkan pemakaian kapal lebih besar, dengan demikian area operasi
menjadi lebih luas dan HP akan lebih besar, yang menyebabkan kecepatan
melingkari gerombolan ikan juga akan lebih besar. Oleh sebab itu dapat
dikatakan tipe one boat akan lebih ekonomis dan efisien jika kapal mekaniser,
karena dengan menggunakan sistem mekaniser pekerjaan menarik jaring, mengangkat
jaring, mengangkat ikan dll pekerjaan di dek menjadi lebih mudah.
5. Bahan dan
Spesifikasinya
v Bagian jaring
Nama bagian jaring ini belum mantap
tapi ada yang membagi 2 yaitu “bagian tengah” dan “jampang”. Namun yang jelas
ia terdiri dari 3 bagian yaitu:
jaring utama, bahan nilon 210 D/9
#1”
jaring sayap, bahan dari nilon 210
D/6 #1”
jaring kantong, #3/4”
srampatan (selvedge), dipasang pada
bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk memperkuat jaring pada waktu
dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring. Bagian ini langsung
dihubungkan dengan tali temali. Srampatan (selvedge) dipasang pada bagian atas,
bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang sama, yakni PE 380 (12,
#1”). Sebanyak 20,25 dan 20 mata.
v Tali temali
tali pelampung.
Bahan PE Ø 10mm, panjang 420m.
tali ris atas.
Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang
420m.
tali ris bawah.
Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang
450m.
tali pemberat.
Bahan PE Ø 10mm, panjang 450m.
tali kolor bahan.
Bahan kuralon Ø 26mm, panjang 500m.
tali slambar
bahan PE Ø 27mm, panjang bagian
kanan 38m dan kiri 15m
v Pelampung
Ada 2 pelampung dengan 2 bahan yang
sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50 dipasang dipinggir kiri dan kanan
600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di tengah sebanyak 400 buah. Pelampung
yang dipasang di bagian tengah lebih rapat dibanding dengan bagian pinggir.
v Pemberat
Terbuat dari timah hitam sebanyak
700 buah dipasang pada tali pemberat.
v Cincin
Terbuat dari besi dengan diameter
lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang
panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin ini dilakukan tali
kolor (purse line).
B. Hasil Tangkapan
Ikan yang menjadi tujuan utama
penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”,
yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada
dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar
densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya
haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan
volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat
dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan
lebar) yang dipergunakan.
Jenis ikan yang ditangkap dengan
purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus
spp), bentang, kembung (Rastrehinger spp) lemuru (Sardinella spp),
slengseng, cumi-cumi dll.
C. Daerah Penangkapan
Purse seine dapat digunakan dari
fishing ground dengan kondisi sebagai berikut :
1) A spring layer of water
temperature adalah areal permukaan dari laut
2) Jumlah ikan berlimpah dan
bergerombol pada area permukaan air
3) Kondisi laut bagus
Purse seine banyak digunakan di
pantai utara Jawa / Jakarta, cirebon, Juwana dan pantai Selatan (Cilacap,
Prigi, dll).
D. Alat Bantu
Penangkapan
I. Lampu
Fungsi lampu untuk penangkapan
adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian dilakukan operasi penangkapan
dengan menggunakan berbagai alat tangkap, seperti purse seine.Jenis lampu yang
digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor), petromaks, lampu listrik
(penggunaannya masih sangat terbatas hanya untuk usaha penangkapan sebagian
dari perikanan industri).
Ikan-ikan itu tertarik oleh cahaya
lampu kiranya tidak terlalu dipermasalahkan sebab adalah sudah menjadi anggapan
bahwa hampir semua organisme hidup termasuk ikan yang media hidupnya itu air
terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya (phototaxis positif) dan karena itu
mereka selalu berusaha mendekati asal / sumber cahaya dan berkumpul
disekitarnya.
II. Rumpon
Rumpon merupakan suatu bangunan
(benda) menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam) di suatu tempat ditengah
laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen utama, yaitu :
pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor (pemikat) dan pemberat
(sinkers / anchor).
Rumpon umumnya dipasang (ditanam)
pada kedalaman 30-75 m. Setelah dipasang kedudukan rumpon ada yang
diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung pemberat yang
digunakan.
Dalam praktek penggunaan rumpon yang
mudah diangkat-angkat itu diatur sedemikian rupa setelah purse seine
dilingkarkan, maka pada waktu menjelang akhir penangkapan, rumpon secara
keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan bantuan perahu penggerak (skoci,
jukung, canoes)
Untuk rumpon tetap atau rumpon
dengan ukuran besar, tidak perlu diangkat sehingga untuk memudahkan penangkapan
dibuat rumpon mini yang disebut “pranggoan” (jatim) atau “leret” (Sumut,
Sumtim). Pada waktu penangkapan mulai diatur begitu rupa, diusahakan agar
ikan-ikan berkumpul disekitar rumpon dipindahkan atau distimulasikan ke rumpon
mini. Caranya ada beberapa macam misalnya dengan menggiring dengan
menggerak-gerakkan rumpon induk dari atas perahu melalui pelampung-pelampungnya.
Cara lain yang ditempuh yaitu seakan-akan meniadakan rumpon induk untuk
sementara waktu dengan cara menenggelamkan rumpon induk atau mengangkat separo
dari rumpo yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air. Terjadilah sekarang
ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon pindah beralih ke rumpon mini
dan disini dilakukan penangkapan.
Sementara itu bisa juga digunakan
tanpa sama sekali mengubah kedudukan rumpon yaitu dengan cara mengikatkan tali
slambar yang terdapat di salah satu kaki jaring pada pelampung rumpon, sedang
ujung tali slambar lainnya ditarik melingkar di depan rumpon. Menjelang akhir
penangkapan satu dua orang nelayan terjun kedalam air untuk mengusir ikan-ikan
di sekitar rumpon masuk ke kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga dapat
dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di depan rumpon maka menjelang
akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon di halau engan menggunakan galah
dari satu sisi perahu.
E. Teknik Penangkapan
(Sitting dan Moulting)
Pada umumnya jaring dipasang dari
bagian belakang kapal (buritan) sungguhpun ada juga yang menggunakan samping
kapal. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Pertama-tama haruslah diketemukan
gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan
pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena
gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di
permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat
permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan
ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan
sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum
matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana
gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini
dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu operasipun tidak
lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika gerombolan ikan
diketemukan segera jaring dipasang.
b) Pada operasi malam hari,
mengumpulkan / menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan
cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan,
juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu
dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada
besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototxisnya ikan yang
menjadi tujuan penangkapan.
c) Setelah fishing shoal diketemukan
perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, density ; hal-hal ini
perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin,
dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang.
Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi
tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun
akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya.
Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan
dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat
aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian
arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam
keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam.
Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan
supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine
ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari
gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan
dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line
adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri ke
bawah. Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga
memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini,
dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse
line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan
ikan-ikan yang terkumpul diserok / disedot ke atas kapal.
F. Hal-hal yang
Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
1. Kecerahan Perairan
Transparasi air penting diketahui
untuk menentukan kekuatan atau banyak sedikit lampu. Jika kecerahan kecil
berarti banyak zat-zat atau partikel-partikel yang menyebar di dalam air, maka
sebagian besar pembiasan cahaya akan habis tertahan (diserap) oleh zat-zat
tersebut, dan akhirnya tidak akan menarik perhatian atau memberi efek pada ikan
yang ada yang letaknya agak berjauhan.
2. Adanya gelombang
Angin dan arus angin. Arus kuat dan
gelombang besar jelas akan mempengaruhi kedudukan lampu. Justru adanya
faktor-faktor tersebut yang akan merubah sinar-sinar yang semula lurus menjadi
bengkok, sinar yang terang menjadi berubah-ubah dan akhirnya menimbulkan sinar
yang menakutkan ikan (flickering light). Makin besar gelombang makin besar pula
flickering lightnyadan makin besar hilangnya efisiensi sebagai daya penarik perhatian
ikan-ikanmaupun biota lainnya menjadi lebih besar karena ketakutan. Untuk
mengatasi masalah ini diperlukan penggunaan lampu yang kontruksinya
disempurnakan sedemikian rupa, misalnya dengan memberi reflektor dan kap
(tudung) yang baik atau dengan menempatkan under water lamp.
3. Sinar Bulan
Pada waktu purnama sukar sekali
untuk diadakan penangkapan dengan menggunakan lampu (ligth fishing) karena
cahaya terbagi rata, sedang untuk penangkapan dengan lampu diperlukan keadaan
gelap agar cahaya ;ampu terbias sempurna ke dalam air.
4. Musim
Untuk daerah tertentu bentuk teluk
dapatmemberikan dampak positif untuk penangkapan yang menggunakan lampu,
misalnya terhadap pengaruh gelombang besar, angin dan arus kuat. Penangkapan
dengan lampu dapat dilakukan di daerah mana saja maupun setiap musim asalkan
angin dan gelombang tidak begitu kuat.
5. Ikan dan Binatang
Buas
Walaupun semua ikan pada prinsipnya
tertarik oleh cahay lampu, namun umumnya lebih didominasi oleh ikan-ikan kecil.
Jenis-jenis ikan besar (pemangsa) umumnya berada di lapisan yang lebih dalam
sedang binatang-binatang lain seperti ular laut, lumba-lumba berada di
tempat-tempat gelap mengelilingi kawanan-kawanan ikan-ikan kecil tersebut.
Binatang-binatang tersebut sebentar-sebentar menyerbu (menyerang) ikan-ikan
yang bekerumun di bawah lampu dan akhirnya mencerai beraikan kawanan ikan yang
akan ditangkap.
6. Panjang dan
Kedalaman Jaring
Untuk purse seine yang beroperasi
dengan satu kapal digunakan jaring yang tidak terlalu panjang tetapi agak dalam
karena gerombolan ikan di bawah lampu tidak bergerak terlalu menyebar . jaring
harus cukup dalam untuk menangkap gerombolan ikan mulai permukaan sampai area
yang cukup dalam di bawah lampu.
7. Kecepatan kapal
pada waktu melingkari gerombolan ikan
Jika kapal dijalankan cepat maka
gerombolan ikan dapat segera terkepung.
8. Kecepatan Menarik
Purse Line
Purse line harus ditarik cepat agar
ikan jangan sampai melarikan diri ke bawah.
DAFTAR PUSTAKA
~ Au. Ayodya. DASEN FAKULTAS PERIKANAN. Cetakan Pertama.
Penerbit :
~ Yayasan Dewi Sri. IPB. Bogor.
~ Waluyo Subani dan H.R Barus.1989.ALAT PENANGKAPAN IKAN DAN
~ UDANG LAUT DI INDONESIA. Balai Penelitian Perikanan Laut.
Jakarta.